mono-dialog
"apa yang kau pikirkan? sedang tak waras kau rupanya"
"lihat dirimu yang bicara"
"apa? persetan"
"egomu itu, belum diberi makan hari ini. kau pengecut dan pecundang, tak punya tempat menumpahkan kemalanganmu, begitu 'kan?"
"DIAM"
.....
.....
.....
"kenapa tidak jawab? kau! kau adalah aku, kau tak ada hak mendiamkanku seperti orang-orang lain"
"kau meminta aku diam, ingat? dirimu menyedihkan"
"aku tau,"
.....
.....
"tidak usah memikirkan makna, jelas kau tak punya"
"lalu pikirmu kau punya itu? kau adalah aku! kita ini satu entitas, sebab kau tak punya maknalah aku juga demikian. dan sebaliknya"
"dan sebaliknya"
"jadi haruskah aku percaya eksistensi mendahului esensi? haruskah aku jadi seorang eksistensialis? apakah aku ini?"
"kau adalah aku,"
"lalu kau itu apa?"
"aku ini kau"
"kau tak membantu. hidupku sudah terlalu rumit untuk kau ikut-ikutan mengganggunya,"
"kau sudah lelah, pergilah tidur lalu bangunlah lagi besok."
"tapi aku akan melewatkan bulan malam ini, hanya ada sekali kesempatan menyaksikan bulan hari ini. ia tidak pernah sama jika pagi sudah tiba, aku tak mau melewatkan kesempatan ini"
"jangan bodoh, kau sudah melewatkan jutaan kesempatan karena menonton bulan dan bintang dan langit. kau akan melewatkan lebih banyak hal besar. lupakan soal bulan dan tidurlah"
........
"tak ada gunanya kontemplasimu itu. demi tuhan, tidurlah"
........
........
........
........
........
"tidurlah!"
"bisakah kau diam? aku mencoba tertidur dan kau terus-terusan mengganggu pikiranku sampai-sampai matahari sudah naik pula, lihat?"
Comments
Post a Comment