Desember
Desember adalah bulan
favorit saya diantara bulan-bulan lainnya dalam setahun. Tidak hanya karena
Desember adalah bulan kelahiran saya, tapi juga karena suasana Desember yang
selalu menyejukkan. Dingin, walaupun negara Indonesia dengan iklimnya yang tropis
ini tidak punya musim dingin macam negara-negara di benua Eropa atau Amerika
sana, bulan Desember tetap dingin dan selalu menyenangkan buat saya. Saya
sangat suka bergumul dalam selimut ketika hujan turun di sore bulan Desember. Langit
gelap dan bau minyak aksiri yang keluar dari tanah karena dibasahi air hujan adalah
kombinasi yang menciptakan suasana paling menyenangkan khas Desember. Kesedihan
yang muncul karena suatu tahun yang menyenangkan harus berakhir pun terasa
hebat di bulan Desember. Semua hal tentang Desember adalah rasa sedih yang
menyenangkan.
Salah satu kegiatan rutin
yang saya lakukan tiap Desember datang adalah menghayal soal salju pertama di
bulan Desember! Saya suka sekali membayangkan keluar rumah dan menemukan
halaman dan jalanan depan rumah saya yang ada cerobong asapnya tiba-tiba saja
sudah diselimuti salju dalam semalam! Lalu saya akan menyekop salju yang
menimbun jalan dari halaman ke pintu masuk sambil mengeluh dan sesekali
menyenandungkan It’s Beginning To Look A
Lot Like Christmas. Membayangkannya saja sangat menyenangkan, apalagi
mengalaminya benaran.
Nordic snow |
Bulan Desember adalah waktu
yang istimewa. Lagu-lagu tertentu hanya saya dengarkan khusus jika bulan
Desember datang. Suasana menjelang akhir tahun, entah kenapa walaupun cuacanya
cenderung dingin, selalu terasa hangat. Ada banyak hal yang saya nantikan dari
bulan Desember. Bumi akan menyelesaikan satu periode mengelilingi matahari.
Artinya kembali ke titik awal, tidak, titik awal yang baru. Saya akan bertambah
usia di pertengahan Desember. Artinya perjalanan dan pengalaman yang baru.
Bukan hanya itu, Desember
selalu dirayakan oleh banyak orang. Bulan yang sangat penuh suka cita.
Walau memang tak selalu
harus begitu. Misal saja Desember tahun ini, saya seperti diberi waktu dan
ruang untuk benar-benar sendirian (boleh jadi untuk merasakan kesepian dan
mengamini rasa sedihnya), yang seharusnya tak apa juga sebab bertahun-tahun
belakangan ini toh saya hampir selalu
menghabiskan akhir tahun sendirian. Hanya saja, yang sedikit berbeda tahun ini adalah
saya mulai benar-benar menyayangkan waktu yang saya lewatkan tidak bersama
keluarga di rumah. Saya sangat merindukan pulang. Namun tidak banyak yang bisa
dilakukan. Terlebih di tahun ini sedikit demi sedikit kawan yang saya punya mulai
pergi meninggalkan cerita-cerita lama yang dalam hari-hari saya masih saja betah
bertengger tidak mau hilang. Dan tidak ada pertemanan baru untuk saya yang
terus menyaksikan satu per satu dari mereka memulai hidup baru.
Ada apa dengan Desember? Saya
tak mau jadi orang yang mengutuki nasib, tapi tak bisakah keajaiban Desember
berbaik hati sedikit pada saya? Setidaknya biarkan saya memimpikan hal-hal
menyenangkan dalam tidur.
Terima kasih,
Comments
Post a Comment