Along With the Dream

Satu malam di akhir bulan Desember, menuju pergantian tahun langit pukul sepuluh cerah berbintang. Berkebalikan dengan perasaan saya.
Kalau tidak mengucakan selamat berpisah, apa artinya tidak benar-benar berpisah?
Semoga saja demikian.
Malam pergantian tahun saya memikirkan penyesalan-penyesalan, membayangkan hal-hal yang benar-benar terlewatkan dan yang rasanya (mungkin) saya lewatkan.
Saya betul-betul tidak selera beranjak keluar kamar, apalagi pergi merayakan tahun baru.
Akhirnya membaca ulang salah satu dari tumpukan buku-buku yang sudah selesai saya baca jadi satu-satunya pilihan agar malam ini cepat berlalu. Saya pilih buku yang paling filosofis, lalu saya baca bagian pengantarnya, berharap satu-dua halaman kemudian saya bisa tertidur lalu bertemu yang ingin saya temui di dunia mimpi.

Semacam cerita yang agak mirip dengan repertoire paket show MBUI tahun 2018, Along With the Dream
Bedanya, pagi ini saya bangun kembali dalam dunia nyata, yang sunyi karena orang-orang sekitar pasti masih tidur akibat semalam begadang merayakan tahun baru sementara saya tidur semalaman suntuk lalu akhirnya bangun pagi-pagi buta begini.

Tidak ada penutup dalam tulisan kali ini, toh hari ini kan adalah awal tahun (literally).
Judulnya pun mungkin nggak nyambung tapi ya tidak apa-apa juga.
Yang penting, semoga blog ini terus saya isi dengan tulisan-tulisan (yang berbobot tentunya).


Terima kasih sudah membaca
Adios

Comments