Munafique

Ada satu sifat aneh yang menurut saya ada di setiap diri manusia; munafik.
Kalau diingat-ingat, pasti kalian pernah menyaksikan langsung (setidaknya sekali) orang yang kalian kenal membicarakan hal-hal buruk tentang orang lain (yang juga kalian kenal), tapi di depan orang lain tersebut dia bersikap semanis pop ice bubble gum yang kekurangan air. Hipokrit kamu.

Apa manusia bisa tidak menjadi munafik? Saya rasa kemunafikan adalah bagian dari setiap manusia. Yang membedakan satu orang dengan yang lainnya adalah kadarnya, tapi tetap saja semua munafik (setidaknya itu yang saya percaya).
Saya sampai pada kesimpulan tersebut sebab setelah saya pikirkan, seberapa tulus pun saat ini saya mengakui bahwa saya juga adalah munafik, tetap saja hal itu tidak menghilangkan kemunafikan dalam diri saya. Yah, semacam itulah.

Lalu apa itu artinya tidak apa-apa menjadi munafik?
Apa cukup dengan jujur saja pada diri sendiri bahwa kita memang munafik, lalu itu semua menjadi tidak apa-apa?

Kadang orang mencaci orang lain yang mereka anggap munafik, seolah-olah menjadi munafik hanya dilakukan oleh orang-orang jahat. Kenapa?
Yah, tapi tidak bisa disalahkan juga. Ketika seseorang bersikap baik didepan tapi membicarakan hal buruk tentang diri kita di belakang, memang rasanya sangat menyebalkan. Wajar saja kalau orang mengumpat pada orang-orang munafik ketika mereka merasa dikhianati.

Sebab itulah saya tidak berteman dengan banyak manusia, bagi saya tidak banyak dari mereka yang bisa dipercaya. Bagi saya pertemanan itu adalah hal palsu. Tidak ada pertemanan tulus, seharmonis dan semenyenangkan apapun tampaknya dari luar.
Siapa yang jamin sih seorang teman tidak akan membicarakan hal buruk tentang kita kepada teman yang lain?

Manusia itu munafik. Jujur saja lah pada diri sendiri, setidaknya itu dulu.

Comments