Van Persie Kecil si Musisi Paling Mantap se-Cikini
"He, Kak!" tangan kecil mencolek lengan saya dari belakang.
"Oy!" saya menyaut sapaan itu, setengah kaget.
Seorang bocah setinggi dengkul saya (mungkin sedikit lebih tinggi) berjalan di samping mengiringi saya. Saya melirik sedikit ke arahnya, menyelidiki dari sudut mata. Lalu saya sengaja melambatkan langkah agar dia berjalan sedikit di depan saya.
V. Persie tertulis di bagian punggung jersey bola yang dia kenakan, sisanya dia hanya memakai celana pendek dan memeluk ukulele kecil seukuran badannya. Menurut penilaian saya, anak ini mungkin berusia sekitar 4 atau 5 tahun kelihatan dari tampang dan ukuran tubuhnya.
Beberapa lama saya terus berjalan di belakang Van Persie kecil di sepanjang gang sempit pasar Cikini, sambil beberapa kali dia memainkan ukulelenya dengan canggih dan bernyanyi "buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya.."
Tidak lama kemudian, ketika kami hampir mendekati jembatan penyebrangan di atas sungai di ujung gang, dia memperlambat jalannya lalu menanyakan kepada saya "mau dengar lagu apa, Kak?" begitu tantangnya.
Saya terdiam dan berpikir sebentar.
"memang kamu bisa lagu apa aja?" saya balik menantangnya, penasaran bocah kecil ini bisa apa lagi selain belagak sok musisi.
Lalu tanpa basa-basi dan tak menghiraukan pertanyaan saya, dia kembali mengocok senar-senar kentrungnya dengan sombong.
"begini nasib jadi bujangan. kemana-mana, asalkan suka tiada orang yang melarang...." Van Persie melantunkan lagu milik band jadul Koes Plus dengan sangat sok tahu, seolah-olah dia paham betul tentang kehidupan menjadi seorang bujangan. Saya hanya tersenyum geli dalam hati.
Ketika dia selesai dengan lagunya, kami sudah tiba di tengah-tengah jembatan.
"bagi duit sedikit lah Kak, buat jajan es" katanya begitu dia mengakhiri konser tunggalnya itu.
Saya keluarkan selembar uang lima ribu lalu saya lambaikan tinggi di atas kepalanya. Dia melompat menjangkau-jangkau sampai berhasil mendapatkan saweran itu. Lalu saya tertawa dan memberikan telapak tangan saya di depan mukanya, yang disambut Persie dengan toss sekuat tenaga. Kemudian dia berlari balik ke pasar ke arah kedai kecil yang menjual es macam-macam rasa seharga dua ribuan.
Saya melanjutkan jalan menyebrangi jembatan ke kampus, masih merasa geli dengan tingkah Van Persie kecil yang banyak gaya itu.
Comments
Post a Comment