Sepak Bola
Saya sangat suka melihat anak-anak kampung bermain bola. Apalagi di Ibukota yang sumpek dan semua lahannya sudah ditanami gedung-gedung beton ini, pemandangan macam itu sangat sulit ditemukan. Ada semacam kehangatan muncul dari melihat anak-anak bermain bola, yang memanggil ulang ingatan lama waktu saya kecil.
Dulu setiap sore habis mandi saya selalu keluar rumah, main sepeda dengan kawan-kawan di sekitar gang kami sampai ke lapangan bola dekat ujung gang. Lapangan yang luas, ditumbuhi rumput liar se mata kaki. Disitulah abang saya dengan kawan-kawannya biasanya bermain bola sore-sore, dan kami anak-anak perempuan biasanya jajan sate cerocok atau es lilin di kedai dekat lapangan lalu menonton mereka bermain.
Permainan yang bebas, dengan dua pasang sendal dijadikan pembatas gawang, tidak ada aturan, tidak ada wasit, biasanya yang punya bola memegang otoritas tertinggi dalam permainan. Kadang jika tim si pemilik bola dalam posisi kurang menguntungkan, peraturan-peraturan tambahan diciptakan saat itu juga untuk menjaga kondusifitas jalannya permainan. Kadang juga bola yang ditendang mereka dibawa oleh kekuatan gaib sampai terlempar jauh melompati pagar rumah warga sekitar yang pemiliknya bapak-bapak tua garang. Segera pertandingan sepak bola akan berubah jadi permainan detektif-detektifan. Bocah-bocah itu lalu dengan lagak sok intel akan menyelinap kedalam rumah warga yang tertutup rapat pagarnya itu untuk menyelamatkan bola mereka. Jika beruntung mereka bisa mendapatkan lagi si bola dan lanjut bermain sampai adzan magrib, atau kalau sedang sial si pemilik rumah akan memergoki dan menghardik mereka serombongan karena lagi-lagi berani-beraninya menyelinap masuk dan hampir memecahkan kaca rumah itu. Jika sudah begitu, bocah-bocah akan bubar namun tidak kapok untuk bermain lagi besok.
---
Kalau saja di Cikini ada lapangan bola untuk anak-anak bermain, tentu bagus sebab mereka tidak harus bermain di gang sempit samping Cikini Gold Center seperti yang saya saksikan malam ini. Tapi bocah-bocah Cikini ini nampaknya tidak peduli mau dimana mereka bermain. Yang jelas sepak saja, dengan begitu sudah bahagia, tidak terganggu dengan hak-hak mereka yang direnggut para penguasa serakah.
Comments
Post a Comment