RUN

Hari ini saya lari sore di sepanjang jalur di pinggir danau magis. Izinkan saya menyebutnya begitu, tanpa alasan apapun. 

Sepanjang jalur itu hanya ada danau di sisi kanan, dan hutan di sisi kiri. Tidak ada manusia lain yang melaluinya sore ini. Saya bertemu seekor anjing liar di tengah-tengah berlari, yang membuat saya langsung banting stir putar arah kembali ke jembatan yang menghubungkan jalan utama dengan jalur sempit pinggir danau. Saya benar tidak berani dengan anjing, saya tidak berani dengan kebanyakan hal. Kadang saya malah tidak berani dengan diri saya sendiri.

Kembali menuju jembatan, saya istirahat di bawah pohon pinggir danau sisi yang lain. Tidak jauh dari saya duduk beristirahat, ada seorang bapak dengan anaknya sedang memancing. Entah ikan macam apa yang dia harapkan bisa ditangkapnya di danau kotor begini. Danau ini memang indah betul kalau dilihat dari kejauhan, apalagi kalau malam hari. Beda ceritanya kalau kau dari dekat melihat permukaanya yang berwarna hijau lumut dan diambangi potongan-potongan sampah. Belum lagi baunya yang menyengat, entah mayat apa saja yang sudah mati dan membusuk di kedalaman airnya. 
Saya bisa membayangkan begitu banyak skenario kematian terjadi di danau ini. Anjing liar yang barusan saya lihat saja sudah menambahkan satu lagi ide skenario pembunuhan dalam tempurung kepala saya. 
Si anjing bisa saja kelewat lapar lalu memburu kucing liar yang juga suka berkeliaran di pinggir danau dekat hutan, atau malah anjing itu yang mati diburu laki-laki paruh baya gila yang mungkin sedang mabuk atau entah memang berdarah dingin saja. 
Segala macam bentuk kematian yang mungkin terjadi di area sekitar danau ini menjanjikan satu hal yang pasti: bau busuk hasil percampuran bermacam jenis mayat.

***

Sehari yang lalu, pagi-pagi buta saya lari di jalur yang sama, dan saya tidak bertemu dengan anjing liar sehingga saya bisa lari cukup jauh sampai ke area tengah hutan yang benar-benar sunyi. Awalnya saya berpikir pasti jarang sekali ada manusia sampai ke area ini, mau apa juga, toh?
Demikian jauh saya berlari, hingga saya sampai di sisi lain danau yang mengarah kembali ke jalan utama. Saya berjalan sambil waspada melihat kanan kiri, kalau-kalau si laki-laki paruh baya gila mengejawantah dari khayalan jadi betulan ada. 
Saya terus berjalan sampai saya merasakan kaki saya menginjak sesuatu yang lembek. Di sekeliling ada banyak sekali lalat hijau yang besar-besar. Saya melihat ke bawah dan ternyata saya menginjak mayat ikan yang hampir membusuk seutuhnya. Saya cepat-cepat meninggalkan tempat itu, sebab saya tak kuat dengan baunya yang menyengat sampai ke bronkiolus. Mayat ikan itu masih utuh kepalanya, saya ingat betul bagaimana matanya yang mati tetap menyalak seakan menatap lurus ke mata saya. Kengerian yang masih segar sampai sekarang jika saya mengingat-ingat lagi kejadian itu. 

***

Si Bapak dan anaknya yang tadi memancing sudah hilang lenyap dari tempat mereka tadi di pinggiran danau. Lamunan saya kelewat dalam sampai-sampai saya tak menyadari mereka sudah pergi sejak lama. Lalu saya kembali menerawang jauh ke tengah-tengah danau dari tempat saya duduk di bawah pohon.
Tidak lama segerombolan petugas keamanan area ini bersama beberapa orang laki-laki (sepertinya mereka mahasiswa kampus sini) datang dengan mobil dinas dan menyisir area pinggir danau. Mereka seperti sedang mencari sesuatu, dan terus menyisir jalur yang saya lalui ketika berlari tadi dan pagi kemarin. Mereka terus menyisir dan mencari (entah apa), terus menyusuri jalur sampai rombongan itu hilang di belokan. Kemudian tidak kembali dalam waktu yang lama. 

-- 

Besoknya koran kota pagi hari memberitakan penemuan mayat utuh seorang bapak dan mayat seorang anak yang hilang kepalanya mengambang di danau.
Entah skenario bapak memakan kepala anak, atau skenario anjing liar mengejar bapak dan anak sampai si anak menabrak tiang jembatan sampai kepalanya lepas lalu dimakan anjing dan si bapak saking frustasinya menenggelamkan diri dan mayat si anak ke dalam danau.
Entahlah.

Comments

Popular Posts