15 Desember dan Sisaket
Waktu lagu 22 - Taylor Swift dirilis (bersamaan dengan album Red) Oktober 2012, saya masih 16 tahun dan tidak pernah terbayangkan waktu itu bagaimana rasanya jika saya berumur 22.
Hari ini saya genap 22 tahun dan ternyata rasanya aneh, karena terlalu biasa saja.
Tidak ada yang begitu spesial.
Tapi saya sadar satu hal, bahwa waktu ternyata menyeramkan.
Tiba-tiba saja saya sudah 22 tahun.
Padahal rasanya baru kemarin saya masih berumur 21.
Padahal rasanya baru kemarin saya masih berumur 21.
I guess im scared of getting older, i'm only good at being young.
Gitu kata John Mayer.
Di usia 22 tahun ini harapan saya tidak muluk-muluk. Saya hanya ingin kuliah lancar lalu segera lulus, dan segera menemukan jati diri saya yang sebenarnya.
Semoga saja saya juga bisa segera memberikan makna untuk usia saya, untuk orang-orang terdekat, untuk kehidupan.
Dan juga saya ingin lebih banyak menulis, menulis apapun. Sepertinya saya mulai suka lagi menulis. Tidak harus ada yang baca sih, saya hanya ingin menuangkan perasaan dan pemikiran lewat lebih banyak tulisan.
Dan juga saya ingin lebih banyak menulis, menulis apapun. Sepertinya saya mulai suka lagi menulis. Tidak harus ada yang baca sih, saya hanya ingin menuangkan perasaan dan pemikiran lewat lebih banyak tulisan.
![]() |
| sepotong tulisan dari buku yang saya lupa judulnya apa |
***
Dan, oh, sekedar mengingat dan bernostalgia saja. Tahun lalu adalah ulang tahun yang spesial karena waktu itu saya sedang berada di Sisaket, sebuah provinsi kecil di Thailand. Tempat yang menyenangkan, walaupun udaranya sangat dingin dan berangin tapi ada sebentuk kehangatan tertentu dari suasananya.
Wah, Sisaket.
Saya pingin sekali kesana lagi.
Bukan tempat liburan yang penuh hingar-bingar turis sih, saya pun kesana waktu itu bukan untuk berlibur tapi menjalankan sebuah tugas lumayan penting membawa nama negara.
Udara dingin Sisaket benar-benar menyenangkan.
Daerah tempat saya menginap waktu itu dekat dengan pasar yang disana kita bisa jajan snack-snack aneh macam ulat goreng atau jangkrik, belalang dan semacamnya.
Jalan kaki di malam hari dari hotel ke seven eleven untuk beli coklat panas, lalu mampir ke pasar sambil kedinginan adalah hal paling menyenangkan dari Sisaket.
Rasanya mirip seperti suasana strolling malam hari di sekitaran Jam Gadang di Bukittinggi.
| penjual snek cumi yang jago bahasa Thailand |
| saya sedang memikirkan cara menawar harga ulat goreng dengan bahasa isyarat |
| sebagian dari kami menyempatkan berfoto untuk kenang-kenangan |
![]() |
| evaluasi babak penyisihan WGI Thailand *lah |
***
Desember tahun ini saya memang kebanyakan bernostalgia tentang Sisaket. Ada banyak harapan dan kesempatan yang terlewatkan, tapi memori tentang Sisaket adalah harta karun.
Terima kasih sudah membaca


Comments
Post a Comment